Penelitian tentang kemampuan menulis anak-anak hiperaktif, terutama mereka dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), menunjukkan bahwa anak-anak ini menghadapi tantangan yang signifikan dalam tugas menulis. Kesulitan-kesulitan ini terutama dikaitkan dengan defisit dalam fungsi eksekutif, kontrol perhatian, dan memori kerja, yang sangat penting untuk menulis. Pertanyaan apakah anak-anak hiperaktif berkinerja lebih baik dalam sesi studi singkat tidak secara langsung dibahas dalam literatur, tetapi wawasan dapat diambil dari penelitian yang ada tentang kemampuan menulis dan tantangan kognitif mereka.
Tantangan Menulis pada Anak Hiperaktif
Kesulitan Menulis Ekspresif: Anak-anak dengan ADHD secara konsisten tampil lebih buruk dalam tugas menulis ekspresif dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka menghasilkan teks yang lebih pendek, kurang terstruktur, dan mengandung lebih banyak kesalahan tata bahasa. Kesulitan-kesulitan ini bertahan di berbagai jenis tugas menulis, seperti penulisan naratif dan deskriptif, dan tidak semata-mata karena kurangnya pengetahuan tentang teknik penulisan (Re & Cornoldi, 2010) (Re et al., 2007).
Peran Fungsi Eksekutif: Menulis membutuhkan pengaturan diri dan kontrol perhatian yang berkelanjutan, area di mana anak-anak dengan ADHD sering berjuang. Defisit ini menyebabkan kinerja yang lebih buruk dalam perencanaan, menerjemahkan, dan merevisi komposisi tulis (Casas et al., 2013).
Kendala Memori Kerja: Keterbatasan memori kerja pada anak-anak dengan ADHD memengaruhi kemampuan mereka untuk mengelola beban kognitif tugas menulis. Ketika tuntutan memori kerja verbal atau visuospasial tambahan diperkenalkan, kinerja penulisan mereka semakin memburuk, menunjukkan bahwa memori kerja memainkan peran penting dalam kemampuan menulis mereka (Capodieci et al., 2019).
Potensi Manfaat dari Sesi Studi Singkat
Pertimbangan Rentang Perhatian: Mengingat defisit perhatian yang terkait dengan ADHD, sesi studi yang lebih pendek dapat membantu mempertahankan fokus dan mengurangi kelelahan kognitif, yang berpotensi mengarah pada kinerja yang lebih baik dalam tugas menulis. Namun, hipotesis ini memerlukan validasi empiris, karena literatur saat ini tidak secara eksplisit membahas dampak panjang sesi pada kinerja penulisan.
Strategi Intervensi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi terstruktur, seperti model Pengembangan Strategi yang Diatur Sendiri (SRSD), dapat meningkatkan hasil penulisan untuk anak-anak dengan ADHD. Intervensi ini berfokus pada peningkatan pengaturan diri dan perencanaan strategis, yang bisa lebih efektif dalam sesi yang lebih pendek dan terfokus (Reid & Lienemann, 2006).
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara penelitian yang ada menyoroti kesulitan menulis yang dihadapi oleh anak-anak hiperaktif, itu juga menggarisbawahi potensi perbaikan melalui intervensi yang ditargetkan. Peran panjang sesi dalam kinerja penulisan tetap menjadi pertanyaan terbuka, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Selain itu, konteks pendidikan yang lebih luas, termasuk dukungan guru dan strategi instruksional yang disesuaikan, memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan ini. Memahami kebutuhan spesifik anak-anak hiperaktif dan mengadaptasi metode pengajaran yang sesuai dapat meningkatkan keterampilan menulis dan kinerja akademik mereka secara keseluruhan.