Mengajar berhitung kepada anak dengan keterbelakangan mental yang tidak dapat berbicara melibatkan penggunaan strategi dan alat khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar unik mereka. Fokusnya harus pada pendekatan interaktif, visual, dan individual yang mengakomodasi tantangan kognitif dan komunikasi mereka. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan teknologi, kurikulum terstruktur, dan alat bantu visual, yang telah terbukti meningkatkan keterlibatan dan pemahaman pada anak-anak dengan disabilitas intelektual.
Media Pembelajaran Interaktif
- Desain interaktif dalam media pembelajaran dapat secara signifikan meningkatkan keterlibatan dan pemahaman untuk anak-anak dengan disabilitas intelektual. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menggunakan pendekatan desain yang berpusat pada pengguna untuk membuat operasi penghitungan angka interaktif menghasilkan tingkat keberhasilan 92% dalam penyelesaian tugas oleh anak-anak dengan keterbelakangan mental ringan (Finandhita & Octaviana, 2023).
- Media tersebut dapat mencakup alat digital yang memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan angka melalui sentuhan atau input sensorik lainnya, membuat proses pembelajaran lebih menarik dan kurang bergantung pada komunikasi verbal.
Kurikulum Berhitung Individual
- Pendekatan individual, seperti program Pemulihan Matematika yang disesuaikan, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Dalam studi percontohan, anak-anak dengan cacat intelektual berat yang menerima pengajaran berhitung individual membuat peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang menerima instruksi standar. Keuntungan ini dipertahankan bahkan tujuh bulan pasca-intervensi (Tzanakaki et al., 2014).
- Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan kemampuan khusus anak memastikan bahwa mereka menerima instruksi yang paling efektif, dengan fokus pada kekuatan mereka dan mengatasi kelemahan mereka.
Alat Bantu Visual dan Taktil
- Alat bantu visual, seperti gambar dan manipulasi, sangat penting dalam mengajar berhitung kepada anak-anak dengan tantangan komunikasi. Bantuan ini membantu dalam mengkonseptualisasikan masalah matematika dan dapat mengurangi ketergantungan pada instruksi lisan (Goodstein, 1974).
- Penggunaan bahan sentuhan, seperti menghitung balok atau manik-manik, juga dapat mendukung pembelajaran dengan memberikan representasi fisik angka dan operasi, yang sangat bermanfaat bagi anak-anak yang berjuang dengan konsep abstrak.
Penggunaan Teknologi Bantu
- Teknologi bantu, termasuk perangkat keluaran suara, dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi dalam kegiatan berhitung. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menggunakan perangkat semacam itu, bersama dengan manipulatif dan pengatur grafis, menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam keterampilan berhitung awal untuk anak-anak dengan cacat parah (Hudson et al., 2016).
- Teknologi ini memungkinkan anak-anak non-verbal untuk mengekspresikan pemahaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, menjembatani kesenjangan komunikasi.
Pengembangan Pidato Matematika
- Mengembangkan “ucapan matematika” adalah strategi lain untuk mencegah diskalkulia pada anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus. Ini melibatkan mengajar anak-anak untuk memahami dan menggunakan istilah dan konsep matematika, bahkan jika mereka tidak dapat mengucapkannya dengan lantang (Kondratieva, 2022)].
- Pendekatan ini menekankan pemahaman dan pemrosesan kognitif bahasa matematika, yang dapat didukung melalui metode visual dan interaktif.
Meskipun strategi ini efektif, penting untuk mengenali keragaman kemampuan belajar di antara anak-anak dengan cacat intelektual. Beberapa anak mungkin berkembang lebih lambat dan membutuhkan waktu dan latihan tambahan untuk menguasai keterampilan berhitung (Bird & Buckley, 2001). Selain itu, integrasi metode ini ke dalam rencana pendidikan komprehensif yang mencakup pengembangan bahasa dan keterampilan sosial sangat penting untuk pengembangan holistik.