Anak-anak dengan keterbelakangan mental sering menghadapi tantangan dalam keterampilan berbicara dan menulis, dan kesulitan-kesulitan ini saling berhubungan. Kesulitan berbicara dapat secara signifikan mempengaruhi keterampilan menulis, karena keduanya melibatkan proses kognitif dan motorik yang kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan cacat intelektual (ID) dan gangguan bicara terkait sering menunjukkan defisit penting dalam menulis, terutama dalam ejaan dan pemetaan fonem-ke-grafem, yang sangat penting untuk penulisan yang efektif. Hubungan ini semakin diperumit dengan adanya gangguan perkembangan bahasa dan tantangan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan bicara dan menulis.
Dampak Kesulitan Berbicara pada Keterampilan Menulis
- Tantangan Fonologis dan Ortografi: Anak-anak dengan ID sering berjuang dengan pemrosesan fonologis, yang penting untuk ucapan dan tulisan. Anak-anak ini cenderung membuat lebih banyak kesalahan fonologis dalam ejaan, menunjukkan kesulitan dalam memetakan suara ke simbol tertulis, keterampilan yang harus diperoleh sejak awal dalam bahasa dengan ortografi reguler seperti bahasa Italian (Blasi et al., 2023).
- Keterampilan Perseptual-Motorik: Kesulitan menulis pada anak-anak dengan keterbelakangan mental sering dikaitkan dengan kekurangan keterampilan motorik persepsi, yang sangat penting untuk berbicara dan menulis. Keterampilan ini termasuk memproses informasi visual dan mengoordinasikan gerakan tangan, yang diperlukan untuk tugas menulis (Baroody, 1988).
- Kesalahan Morfologi dan Sintaksis: Anak-anak dengan gangguan bahasa perkembangan (DLD), yang sering terjadi bersamaan dengan keterbelakangan mental, menunjukkan lebih banyak kesalahan morfologi dan sintaksis dalam penulisan. Kesalahan ini mirip dengan yang ditemukan dalam pidato mereka, menunjukkan hubungan langsung antara kesulitan bicara dan tantangan menulis (Brimo et al., 2023).
Faktor Kognitif dan Perkembangan yang Lebih Luas
- Interaksi Keterampilan Berganda: Pengembangan menulis adalah proses kompleks yang melibatkan interaksi berbagai keterampilan, termasuk membaca, mengeja, dan tulisan tangan. Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar, termasuk mereka yang memiliki gangguan bicara, sering menghadapi tantangan di bidang ini, yang secara kolektif berdampak pada perkembangan tulisan mereka (Barnett et al., 2020).
- Keterampilan Literasi Awal: Ada korelasi moderat antara keterampilan melek huruf awal, seperti kesadaran fonologis dan pengetahuan suara-huruf, dan produksi suara ucapan. Keterampilan ini adalah dasar untuk berbicara dan menulis, dan defisit di bidang ini dapat menyebabkan kesulitan di kedua domain (Samuelsson et al., 2023).
Strategi Intervensi dan Dukungan
- Penggunaan Teknologi: Teknologi komputer dapat menjadi alat yang efektif dalam mengatasi kesulitan menulis pada anak dengan keterbelakangan mental. Program yang berfokus pada koreksi cacat bicara tertulis dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis dengan memberikan pengalaman belajar yang terstruktur dan interaktif (Mamatkulova, 2022).
- Instruksi Penulisan yang Ditarget: Instruksi menulis untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental harus fokus pada mengatasi defisit tertentu, seperti ejaan dan tata bahasa, dan harus diintegrasikan dengan terapi wicara untuk mengatasi tantangan fonologis dan sintaksis yang mendasarinya (Tucci & Choi, 2023).
Sementara hubungan antara kesulitan berbicara dan keterampilan menulis pada anak-anak dengan keterbelakangan mental terbukti, penting untuk mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari faktor kognitif dan perkembangan yang berkontribusi terhadap tantangan ini. Intervensi yang menangani keterampilan berbicara dan menulis, dan yang memanfaatkan teknologi, dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi anak-anak ini. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan sebab-akibat dan untuk mengembangkan strategi intervensi komprehensif yang memenuhi kebutuhan unik populasi ini.