Anak-anak dengan keterbelakangan mental sering menghadapi kesulitan bicara, yang secara signifikan dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membaca. Hubungan antara kesulitan berbicara dan keterampilan membaca sangat kompleks, melibatkan berbagai faktor kognitif dan linguistik. Penelitian menunjukkan bahwa kesulitan bicara dapat menjadi faktor risiko ketidakmampuan membaca, meskipun tingkat dampak ini dapat bervariasi tergantung pada sifat dan tingkat keparahan gangguan bicara dan adanya tantangan kognitif lainnya. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek kunci dari hubungan ini.
Kesulitan Berbicara dan Keterampilan Membaca
- Kesulitan Suara Bicara: Anak-anak dengan kesulitan suara berbicara berisiko lebih tinggi mengalami masalah bahasa dan membaca. Meta-analisis menunjukkan masalah bahasa dan membaca bersamaan yang signifikan pada anak-anak ini, dengan perbedaan kelompok yang terus-menerus atau meningkat dari waktu ke waktu dalam bahasa dan keterampilan membaca (Walquist-Sørli et al., 2024).
- Pemrosesan Fonologis: Kesulitan bicara sering kali berasal dari defisit pemrosesan fonologis yang mendasarinya, yang sangat penting untuk pengembangan membaca. Defisit ini dapat menyebabkan masalah dalam kesadaran fonologis, prediktor kunci keberhasilan membaca (Leitão et al., 2000) (Stackhouse & Wells, 1995).
- Gangguan Bicara dan Bahasa: Anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa berada pada risiko terbesar untuk ketidakmampuan membaca. Mereka yang memiliki gangguan bicara saja memiliki risiko terbatas untuk kesulitan melek huruf, meskipun mereka mungkin masih menghadapi tantangan dalam mengeja (Schuele, 2004).
Faktor Kognitif dan Linguistik
- Kesadaran Fonologis: Kesadaran fonologis adalah prediktor signifikan dari kemampuan membaca. Anak-anak dengan gangguan wicara-bahasa sering berkinerja buruk dalam tugas kesadaran fonologis, yang berkorelasi dengan hasil literasi yang lebih lemah (Catts, 1993) (Leitão et al., 2000).
- Masalah Leksikal dan Literasi: Kesulitan bicara dapat dikaitkan dengan masalah leksikal, yang pada gilirannya mempengaruhi literasi. Anak-anak dengan gangguan bicara mungkin memiliki representasi leksikal yang tidak tepat, yang menyebabkan kesalahan dalam membaca dan mengeja (Stackhouse & Wells, 1995).
- Kendala Kognitif: Untuk anak-anak dengan cacat intelektual, kendala kognitif seperti defisit dalam fungsi eksekutif dan perkembangan bahasa dapat memperburuk tantangan yang ditimbulkan oleh kesulitan bicara, yang selanjutnya menghambat akuisisi baca (Wingerden-Fontein et al., 2018) (Wingerden-Fontein et al., 2018).
Intervensi dan Remediasi
- Intervensi Dini: Identifikasi dan intervensi dini sangat penting untuk mengurangi dampak kesulitan bicara pada keterampilan membaca. Intervensi yang berfokus pada kesadaran fonologis dan koneksi wicara-cetak dapat meningkatkan hasil baca (Catts, 1993) (Zaretsky et al., 2010).
- Pendekatan yang Disesuai: Intervensi harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak, dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat keparahan gangguan bicara dan tantangan kognitif atau linguistik yang terjadi bersamaan (Zaretsky et al., 2010).
Sementara kesulitan bicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan membaca mereka, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak dengan gangguan bicara akan mengalami kesulitan membaca. Beberapa anak dapat mengembangkan strategi kompensasi atau mendapat manfaat dari intervensi yang ditargetkan yang membantu mereka mengatasi tantangan ini. Selain itu, kehadiran faktor kognitif atau linguistik lainnya dapat mempengaruhi sejauh mana kesulitan berbicara memengaruhi keterampilan membaca. Oleh karena itu, penilaian komprehensif dan rencana intervensi individual sangat penting untuk mendukung pengembangan literasi anak-anak ini.