Ketika seorang anak dengan keterbelakangan mental berjuang untuk menghubungkan huruf dengan suara mereka saat belajar membaca, seringkali karena kesulitan dalam pemrosesan fonologis dan organisasi pendengaran. Tantangan ini dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan mereka untuk memecahkan kode kata-kata dan memahami teks. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan keterbelakangan mental mungkin tidak secara efektif menggunakan pengkodean fonemik dalam memori kerja, yang berkontribusi pada kesulitan membaca mereka. Namun, ada strategi dan intervensi yang dapat membantu meningkatkan keterampilan membaca mereka dengan berfokus pada kesadaran fonologis dan mengintegrasikan informasi fonologis dan visual.
Kesadaran Fonologis dan Kesulitan Membaca
- Kesadaran fonologis sangat penting untuk pengembangan membaca, dan defisit di bidang ini dapat mengganggu akuisisi membaca. Anak-anak dengan keterbelakangan mental sering mengalami kesulitan dengan perbedaan fonologis, yang penting untuk memahami hubungan antara huruf dan suara (Bryant, 1990) (El-Naiem & Aldarmkey, 2024).
- Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan keterbelakangan mental mungkin tidak mengalami penurunan kinerja dengan daftar kata yang mirip secara fonemik, menunjukkan penggunaan pengkodean fonemik yang tidak efektif dalam memori kerja (Kabrich & McCutchen, 1996).
- Pasangan fonologis, di mana kata-kata disajikan dalam urutan tertentu, telah ditemukan untuk meningkatkan kinerja belajar pada anak-anak dengan keterbelakangan mental, menunjukkan bahwa intervensi fonologis terstruktur dapat menguntungkan (Miller, 1975).
Integrasi Pendengaran dan Visual
- Kesulitan dalam organisasi pendengaran, seperti mengelompokkan kata-kata dengan suara umum, dapat menjadi sumber tantangan membaca yang signifikan. Anak-anak harus belajar mengenali bahwa kata-kata seperti “topi”, “kucing,” dan “tikar” memiliki suara yang sama, yang penting untuk membaca dan menulis (Bradley & Bryant, 1978).
- Integrasi informasi visual dan fonologis sangat penting untuk membaca. Gangguan di kedua domain dapat menyebabkan kesalahan membaca, seperti yang terlihat pada anak-anak dengan disleksia, yang mungkin memiliki tantangan serupa dalam integrasi huruf-suara (Cornelissen et al., 1997).
Strategi Instruksional
- Metode instruksional yang menekankan fonik daripada pendekatan kata utuh dapat lebih efektif untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental. Teknik seperti pembacaan berulang dan integrasi isyarat gambar telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan keterampilan membaca (Stanovich, 1985).
- Mengembangkan kesadaran fonologis melalui program yang ditargetkan dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan membaca pada anak-anak cacat mental. Kegiatan dan strategi yang berfokus pada keterampilan fonologis dapat mengarah pada peningkatan pemahaman dan kefasihan baca (El-Naiem & Aldarmkey, 2024).
Perspektif Alternatif
Sementara kesadaran fonologis dan organisasi pendengaran sangat penting untuk perkembangan membaca, penting juga untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap kesulitan membaca pada anak-anak dengan keterbelakangan mental. Tekanan emosional, metode pengajaran, dan hambatan fisik juga dapat berperan dalam tantangan baca (Jampolsky, 1951). Selain itu, beberapa peneliti berpendapat bahwa strategi analogi ortografi, yang mengurangi tuntutan pemrosesan fonologis, dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan ketidakmampuan membaca tertentu, meskipun ini mungkin tidak berlaku secara universal untuk semua anak dengan keterbelakangan mental (Bakker, 1996).