Memahami pecahan dan angka desimal dapat menjadi tantangan bagi anak-anak hiperaktif, seperti mereka yang menderita ADHD, karena profil kognitif dan perhatian mereka yang unik. Namun, penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi dan intervensi instruksional yang tepat, anak-anak ini memang dapat memahami konsep-konsep matematika ini. Kesulitan sering berasal bukan dari ketidakmampuan yang melekat untuk memahami angka tetapi dari cara konsep-konsep ini diajarkan secara tradisional dan tuntutan kognitif yang mereka tempatkan pada anak-anak dengan defisit perhatian. Gambaran ini akan mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman pecahan dan desimal pada anak-anak hiperaktif dan strategi yang dapat memfasilitasi pembelajaran mereka.
Tantangan Kognitif dan Kesalahpahaman
- Anak-anak dengan ADHD sering menghadapi tantangan dalam tugas-tugas matematika karena defisit perhatian daripada kurangnya pemahaman konsep numerik. Penelitian menunjukkan bahwa kesulitan mereka tidak berasal dari indra bilangan visual, yang sangat penting untuk memahami pecahan dan desimal (Anobile et al., 2022) (Anobile et al., 2022).
- Kesalahpahaman tentang pecahan dan desimal adalah umum di antara anak-anak, termasuk mereka yang menderita ADHD. Kesalahpahaman ini dapat diperburuk oleh metode pengajaran tradisional yang tidak secara memadai membahas pemahaman konseptual angka-angka ini (Barker, 2013).
Strategi Instruksional yang Efektif
- Intervensi yang berfokus pada pembelajaran langsung dan pengalaman dapat secara signifikan meningkatkan pemahaman pecahan. Misalnya, menggunakan permainan dan manipulatif, seperti kartu dan cakram kayu, membantu anak-anak memvisualisasikan dan memanipulasi pecahan, yang mengarah pada pemahaman konseptual yang lebih baik (Gabriel et al., 2012).
- Penggunaan garis bilangan dan kegiatan pengukuran dapat membantu dalam memahami angka desimal. Metode ini membantu anak-anak melihat hubungan antara bilangan bulat dan desimal, membuat konsep abstrak desimal lebih konkret (Astuti, 2013).
- Kerangka Penilaian Diagnostik Booker telah terbukti efektif dalam mengidentifikasi kesalahpahaman dan membimbing instruksi untuk meningkatkan hasil pembelajaran dalam pecahan dan desimal (Seah, 2012).
Konteks Budaya dan Pendidikan
- Pemahaman pecahan dan desimal dapat bervariasi secara signifikan di berbagai konteks pendidikan. Misalnya, anak-anak Tionghoa dengan kesulitan matematika telah ditemukan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pecahan dibandingkan dengan rekan-rekan Amerika mereka, menunjukkan bahwa praktik budaya dan pendidikan memainkan peran penting dalam pembelajaran matematika (Tian et al., 2017).
- Teori terintegrasi perkembangan numerik menekankan pentingnya memahami besaran pecahan, yang sangat penting untuk pemahaman konseptual dan operasi aritmatika yang melibatkan pecahan (Siegler et al., 2013).
Sementara anak-anak hiperaktif mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam memahami pecahan dan desimal, kesulitan ini tidak dapat diatasi. Dengan intervensi yang ditargetkan dan strategi instruksional yang berfokus pada pemahaman konseptual dan pembelajaran langsung, anak-anak ini dapat mencapai pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep matematika ini. Sangat penting untuk bergerak melampaui metode pengajaran tradisional dan mengadopsi pendekatan yang memenuhi kebutuhan belajar unik anak-anak hiperaktif.