Pertanyaan apakah anak-anak hiperaktif yang sering bermimpi dapat belajar berhitung dengan baik itu kompleks dan beragam, melibatkan pertimbangan faktor kognitif, perilaku, dan pendidikan. Anak-anak hiperaktif, sering didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), menghadapi tantangan unik dalam lingkungan belajar, terutama dalam mata pelajaran seperti matematika. Sementara mimpi atau pemikiran imajinatif tidak secara langsung dibahas dalam penelitian yang disediakan, karakteristik kognitif dan perilaku anak-anak hiperaktif dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar berhitung dan keterampilan matematika lainnya. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek ini secara rinci.
Tantangan Kognitif dan Perilaku
- Anak-anak hiperaktif sering menunjukkan kesulitan konsentrasi, yang dapat menghambat proses belajar mereka, termasuk menghitung dan keterampilan matematika lainnya. Masalah konsentrasi ini terkait dengan perkembangan perilaku dan emosional mereka, yang dapat bermanifestasi sebagai perilaku berlebihan seperti agresi dan kegelisahan (S & Purnama, 2024).
- ADHD dikaitkan dengan defisit dalam memori kerja, yang sangat penting untuk tugas-tugas matematika. Defisit ini mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dan komputasi, yang merupakan dasar untuk menghitung dan kegiatan terkait matematika lainnya (Gaye et al., 2023).
- Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dengan keterampilan pemrosesan angka dasar, seperti perbandingan besaran dan transkode angka, yang penting untuk menghitung (Kaufmann & Nuerk, 2008).
Kemampuan Matematika dan ADHD
- Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan matematika, tidak harus karena defisit dalam pengertian angka visual, melainkan karena tantangan kognitif yang lebih luas, termasuk defisit memori kerja (Anobile et al., 2022) (Gaye et al., 2023).
- Komponen ADHD yang lalai lebih kuat terkait dengan kesulitan matematika daripada komponen hiperaktif-impulsif, menunjukkan bahwa defisit perhatian memainkan peran penting dalam tantangan belajar (Tosto et al., 2015).
- Terlepas dari tantangan ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan intervensi yang tepat dan lingkungan belajar yang mendukung, anak-anak dengan ADHD dapat meningkatkan keterampilan matematika mereka, termasuk menghitung (Brooks, 2007).
Intervensi Pendidikan
- Strategi pendidikan yang efektif untuk anak-anak hiperaktif termasuk menciptakan lingkungan yang mengurangi gangguan dan memberikan pengalaman belajar yang terstruktur dan menarik. Strategi ini dapat membantu mengurangi dampak gejala ADHD pada pembelajaran (Brooks, 2007).
- Guru dan psikolog memainkan peran penting dalam memfasilitasi keterampilan melek huruf dan berhitung pada anak-anak hiperaktif dengan mengadaptasi metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka (Silva et al., 2024).
- Layanan pendidikan khusus sering diberikan kepada anak-anak hiperaktif, yang dapat mencakup intervensi yang disesuaikan untuk mengatasi tantangan belajar unik mereka, termasuk yang terkait dengan berhitung dan matematika (Sandoval & Lambert, 1984).
Sementara anak-anak hiperaktif menghadapi tantangan yang signifikan dalam belajar menghitung dan melakukan tugas-tugas matematika lainnya, kesulitan ini tidak dapat diatasi. Dengan intervensi yang ditargetkan dan lingkungan pendidikan yang mendukung, anak-anak ini dapat meningkatkan kemampuan matematika mereka. Namun, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara keterampilan bermimpi dan menghitung pada anak-anak hiperaktif tidak secara langsung dibahas dalam penelitian, dan penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengeksplorasi aspek spesifik ini.