Tes psikologis memang dapat membantu mengukur kemampuan berhitung anak-anak dengan keterbelakangan mental, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai penelitian yang telah mengeksplorasi berbagai aspek keterampilan berhitung dalam populasi ini. Tes ini sangat penting dalam mengidentifikasi profil berhitung spesifik dan fungsi kognitif yang memengaruhi keterampilan berhitung, yang kemudian dapat menginformasikan intervensi pendidikan yang ditargetkan. Penggunaan tes standar dan metode inovatif, seperti penilaian berbasis komputer, telah menunjukkan harapan dalam mengevaluasi secara akurat dan meningkatkan keterampilan berhitung di antara anak-anak dengan cacat intelektual. Di bawah ini adalah wawasan utama dari penelitian tentang topik ini.
Keterampilan Berhitung Awal dan Cacat Intelektual
- Tes Berhitung Awal Utrecht telah digunakan untuk menilai keterampilan berhitung awal pada anak-anak dengan cacat intelektual, mengungkapkan perbedaan keterampilan yang signifikan berdasarkan usia mental dan etiologi disabilitas intelektual (Charitaki et al., 2023).
- Sebuah penelitian mengidentifikasi profil berhitung yang berbeda pada anak-anak dengan cacat intelektual ringan, menyoroti variabilitas dalam keterampilan berhitung dan pentingnya strategi pendidikan yang dipersonalisasi (Charitaki et al., 2022).
Fungsi Kognitif dan Berhitung
- Fungsi kognitif, seperti fungsi eksekutif, memainkan peran penting dalam keterampilan berhitung. Misalnya, anak-anak dengan disabilitas intelektual sering berjuang dengan tugas-tugas yang membutuhkan penimbangan informasi, yang sangat penting untuk pengambilan keputusan dan berhitung (Willner et al., 2010).
- Kemampuan untuk membuat perbandingan besaran, keterampilan berhitung dasar, dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang ditargetkan, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian di mana anak-anak dengan keterbelakangan mental belajar menerapkan aturan berbasis hitung (Baroody, 1988).
Intervensi dan Strategi Pendidikan
- Game terkomputerisasi seperti “The Number Race” telah efektif dalam meningkatkan keterampilan numerik spesifik pada anak-anak dengan sindrom Down, menunjukkan bahwa alat pembelajaran interaktif dan adaptif dapat meningkatkan keterampilan berhitung (Sella et al., 2021).
- Kurikulum matematika yang diurutkan secara hierarkis telah menunjukkan keberhasilan dalam mengajarkan konsep angka kepada anak-anak dengan cacat intelektual berat dan sedang, menunjukkan efektivitas pendekatan pendidikan terstruktur (Singh & Ahrens, 1979).
Tantangan dan Pertimbangan
- Terlepas dari potensi tes dan intervensi psikologis, tantangan tetap ada, seperti kebutuhan akan perancah individual untuk mengatasi kesalahan pembelajaran spesifik dan kesalahpahaman dalam berhitung (Prabaswara & Pratama, n.d.).
- Variabilitas defisit kognitif di antara anak-anak penyandang cacat intelektual, seperti mereka yang menderita sindrom Down, memerlukan pendekatan bernuansa untuk pendidikan berhitung, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti fungsi eksekutif dan kapasitas mental (Parikh & Goyel, 1990).
Sementara tes dan intervensi psikologis telah menunjukkan harapan dalam mengukur dan meningkatkan keterampilan berhitung pada anak-anak dengan keterbelakangan mental, penting untuk mengenali keragaman dalam populasi ini. Etiologi dan profil kognitif yang berbeda memerlukan strategi pendidikan yang disesuaikan untuk secara efektif mendukung pengembangan berhitung. Selain itu, integrasi teknologi dan metode pengajaran yang inovatif dapat lebih meningkatkan hasil pembelajaran, meskipun pendekatan ini harus disesuaikan dengan hati-hati untuk memenuhi kebutuhan unik setiap anak.