Menentukan apakah seorang anak dengan cerebral palsy (CP) harus belajar berhitung di rumah atau di sekolah melibatkan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kebutuhan spesifik anak, sumber daya yang tersedia, dan manfaat potensial dari setiap lingkungan. Baik pengaturan rumah dan sekolah menawarkan keuntungan dan tantangan unik bagi anak-anak dengan CP, dan keputusannya mungkin tergantung pada keadaan individu anak dan keluarga mereka. Bagian berikut mengeksplorasi manfaat dan keterbatasan pembelajaran berbasis rumah dan berbasis sekolah untuk anak-anak dengan CP, memanfaatkan wawasan dari makalah penelitian yang disediakan.
Pembelajaran Berbasis Rumah
Perhatian dan Fleksibilitas yang Dipersonalisasi: Pembelajaran berbasis rumah memungkinkan pendekatan yang sangat personal, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan spesifik anak. Orang tua dapat menggunakan program dan alat individual, seperti media Counting Box Learning, yang telah terbukti meningkatkan keterampilan aritmatika dasar pada anak-anak dengan CPÂ (Rizky et al., 2024). Selain itu, pelatihan berbasis rumah dapat menggabungkan prinsip-prinsip pembelajaran motorik implisit, yang bermanfaat bagi anak-anak dengan CPÂ (Schnackers et al., 2018).
Keterlibatan dan Motivasi Orangtua: Orang tua memainkan peran penting dalam perkembangan berhitung awal anak mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat dalam kegiatan berhitung di rumah lebih siap untuk sekolah(Skwarchuk & LeFevre, 2015). Selain itu, pelatihan interaktif berbasis rumah yang disampaikan melalui internet telah efektif dalam mempertahankan pelatihan intensif dalam waktu yang lama, yang mengarah pada peningkatan kemampuan motorik dan kognitif (Bilde et al., 2011).
Tantangan dan Batasan: Terlepas dari manfaatnya, orang tua mungkin tidak memiliki pemahaman yang diperlukan tentang pembelajaran berhitung, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk memberikan kegiatan yang sesuai(Skwarchuk & LeFevre, 2015). Selain itu, mempertahankan lingkungan belajar yang terstruktur di rumah bisa menjadi tantangan, dan tingkat stres orang tua dapat meningkat dengan program berbasis rumah yang intensiv (Schnackers et al., 2018).
Pembelajaran Berbasis Sekolah
Lingkungan dan Sumber Daya Terstruktur: Sekolah menyediakan lingkungan terstruktur dengan akses ke sumber daya khusus dan pendidik terlatih yang dapat menerapkan model pembelajaran berbasis aktivitas langsung. Model seperti itu telah efektif dalam meningkatkan keterampilan matematika dasar pada anak-anak dengan CPÂ (Nurjanah et al., n.d.). Sekolah juga menawarkan kesempatan untuk interaksi sosial, yang dapat meningkatkan pembelajaran melalui keterlibatan teman sebaya.
Dukungan Profesional dan Kurikulum: Guru dapat menggunakan strategi khusus dan modifikasi kurikulum untuk mendukung anak-anak dengan CP. Ini termasuk penggunaan teknologi bantu dan kerja tim kolaboratif, yang penting untuk menciptakan lingkungan belajar inklusif (Baseer et al., 2022). Selain itu, sekolah dapat memberikan rutinitas yang konsisten yang dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan CP yang berkembang dalam prediktabilitas.
Tantangan dan Batasan: Sekolah mungkin tidak selalu memiliki sumber daya untuk memberikan perhatian individual kepada setiap anak, dan kurikulum umum mungkin tidak sepenuhnya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan CP (Rooijen et al., 2011). Selain itu, efektivitas pembelajaran berbasis sekolah dapat dibatasi oleh gangguan motorik dan kognitif anak, yang mungkin memerlukan dukungan tambahan (Neveu et al., 2023).
Kesimpulannya, lingkungan rumah dan sekolah menawarkan keuntungan yang berbeda untuk mengajar berhitung kepada anak-anak dengan cerebral palsy. Pembelajaran berbasis rumah memberikan perhatian dan fleksibilitas yang dipersonalisasi, sementara pembelajaran berbasis sekolah menawarkan sumber daya terstruktur dan dukungan profesional. Keputusan harus didasarkan pada kebutuhan spesifik anak, kapasitas keluarga untuk mendukung pembelajaran di rumah, dan sumber daya yang tersedia di sekolah. Pendekatan gabungan, memanfaatkan kekuatan kedua lingkungan, mungkin merupakan strategi yang paling efektif untuk mendukung perkembangan berhitung anak.