Memotivasi anak-anak dengan autisme untuk belajar menulis melibatkan kombinasi strategi terstruktur, pendekatan yang dipersonalisasi, dan kegiatan yang menarik. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering menghadapi tantangan dalam menulis karena kesulitan dalam pengaturan diri, memahami konsep abstrak, dan komunikasi sosial. Namun, beberapa praktik berbasis bukti telah diidentifikasi untuk mendukung anak-anak ini dalam mengembangkan keterampilan menulis secara efektif. Bagian berikut menguraikan strategi dan pertimbangan utama untuk memotivasi anak-anak dengan autisme untuk menulis.
Pengembangan Strategi yang Diatur Sendiri (SRSD)
- Pendekatan SRSD telah terbukti secara signifikan meningkatkan keterampilan menulis pada anak-anak dengan ASD. Metode ini melibatkan pengajaran siswa untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi tulisan mereka melalui strategi terstruktur dan teknik pengaturan diri.
- Studi telah menunjukkan bahwa SRSD dapat meningkatkan kualitas penulisan, meningkatkan penggunaan elemen wacana, dan meningkatkan kemampuan pengaturan diri seperti pemantauan dan perencanaan sendiri (Asaro-Saddler, 2016) (Asaro-Saddler, 2016).
- Memasukkan strategi berbasis mnemonik dalam SRSD, seperti yang digunakan untuk merencanakan dan menulis esai persuasif, juga efektif. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas penulisan tetapi juga menumbuhkan perilaku perencanaan dan pengaturan diri (Asaro-Saddler & Bak, 2014.
Instruksi Penulisan Eksplisit
- Instruksi eksplisit yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dengan ASD sangat penting. Ini melibatkan pengajaran keterampilan menulis yang jelas dan langsung, yang dapat membantu siswa memahami dan menerapkan konvensi penulisan dengan lebih efektif (Pennington & Delano, 2012).
- Guru harus fokus pada memecah tugas menulis menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memberikan umpan balik yang konsisten untuk membimbing siswa melalui proses penulisan (Asaro-Saddler, 2016).
Penggunaan Kegiatan Menarik dan Motivasi
- Menggabungkan permainan dan kegiatan yang selaras dengan minat dan preferensi sensorik anak-anak dengan ASD dapat meningkatkan motivasi. Misalnya, menggunakan mainan, permainan sosial, dan kegiatan interaktif dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik (Griffin & Sandler, 2009).
- Kegiatan yang melibatkan menggambar, menulis, dan menggunakan permainan elektronik juga dapat diintegrasikan ke dalam instruksi menulis untuk membuat prosesnya lebih menyenangkan dan tidak terlalu menakutkan bagi anak-anak (Griffin & Sandler, 2009)].
Mengatasi Tantangan Soal dan Komunikasi
- Instruksi menulis juga harus mempertimbangkan kesulitan sosial dan komunikasi yang dihadapi oleh anak-anak dengan ASD. Ini termasuk membantu mereka memahami konsep abstrak dan aspek emosional penulisan, seperti perasaan karakter dan narasi cerita (Sideridou, 2019).
- Guru dapat menggunakan alat bantu visual, peta cerita, dan permainan peran untuk membantu siswa memahami konsep-konsep ini dan mengekspresikannya dalam tulisan mereka (Sideridou, 2019).
Kolaborasi dan Dukungan Peer
- Mendorong kolaborasi rekan bisa bermanfaat. Bekerja berpasangan atau kelompok kecil memungkinkan anak-anak dengan ASD untuk belajar dari teman sebayanya dan melatih keterampilan komunikasi sosial dalam suasana yang mendukung (Asaro-Saddler & Bak, 2014).
- Strategi pembelajaran dengan bantuan teman sebaya juga dapat memberikan motivasi tambahan dan memperkuat keterampilan menulis yang diajarkan (Asaro-Saddler & Bak, 2014).
Sementara strategi ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memotivasi anak-anak dengan autisme untuk menulis, penting untuk menyadari bahwa setiap anak itu unik, dan apa yang berhasil untuk satu mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Oleh karena itu, pendidik dan pengasuh harus fleksibel dan mau menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan kebutuhan dan preferensi individu setiap anak. Selain itu, penelitian berkelanjutan dan studi empiris diperlukan untuk lebih menyempurnakan dan memperluas praktik berbasis bukti yang tersedia untuk mengajar menulis kepada anak-anak dengan ASDÂ (Pennington & Delano, 2012)Â (Sella et al., 2020).