Mother reading a book to her children under a cozy blanket tent, bonding time.

Apakah Mendongeng Bisa Membantu Anak Dengan Retardasi Mental Dalam Belajar Membaca?

Mendongeng dapat menjadi alat yang ampuh dalam membantu anak-anak dengan keterbelakangan mental belajar membaca, karena melibatkan banyak jalur kognitif dan sensorik yang sangat penting untuk pengembangan literasi. Penggunaan teknik mendongeng, seperti pemetaan cerita dan mendongeng tematik, telah terbukti meningkatkan pemahaman membaca dan keterampilan melek huruf pada anak-anak dengan berbagai ketidakmampuan belajar, termasuk keterbelakangan mental. Metode-metode ini memanfaatkan afinitas alami manusia terhadap cerita untuk meningkatkan pemahaman dan retensi informasi, menjadikannya sangat efektif untuk anak-anak yang menghadapi tantangan dengan instruksi membaca tradisional. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci tentang bagaimana mendongeng dapat membantu perkembangan membaca untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental.

Pemetaan dan Pemahaman Cerita

  • Teknik peta cerita telah ditemukan untuk secara signifikan meningkatkan keterampilan pemahaman membaca di antara siswa dengan keterbelakangan mental ringan. Metode ini membantu siswa mengidentifikasi dan mengatur komponen cerita, yang sangat penting untuk memahami dan mengingat informasi (Isikdogan & Kargin, 2010)].
  • Pemetaan cerita memungkinkan siswa untuk secara visual memecah cerita menjadi elemen-elemen seperti karakter, pengaturan, dan plot, yang membantu dalam pemahaman dan retensi. Pendekatan terstruktur ini sangat bermanfaat bagi siswa yang berjuang dengan sifat abstrak teks (Isikdogan & Kargin, 2010).

Mendongeng Visual dan Interaktif

  • Metode mendongeng inovatif yang menggabungkan elemen visual, seperti buku cerita tarik, memenuhi kebutuhan anak-anak cacat mental dengan memberikan lebih banyak rangsangan visual dibandingkan dengan teks. Pendekatan ini efektif dalam melibatkan anak-anak dan meningkatkan pemahaman mereka tentang materi (Tisnawati, 2024).
  • Buku penceritaan interaktif, yang mengintegrasikan teknologi seperti kode QR dan augmented reality, telah diusulkan untuk mendorong inklusi dan keterlibatan di antara anak-anak dengan kebutuhan khusus. Alat-alat ini membuat membaca menjadi pengalaman yang lebih interaktif dan inklusif, yang dapat sangat bermanfaat bagi anak-anak dengan keterbelakangan mental (Jadán-Guerrero et al., 2020).

Mendongeng dan Komunikasi Lisan

  • Mendongeng lisan telah dikaitkan dengan peningkatan pemahaman membaca pada anak-anak dengan ketidakmampuan belajar. Kemampuan untuk membangun dan memahami narasi lisan berkorelasi dengan kinerja yang lebih baik dalam tugas pemahaman bacaan, menunjukkan bahwa mendongeng dapat meningkatkan literasi dengan mengembangkan keterampilan bahasa lisan (Gilmore et al., 1999).
  • Mendongeng juga mendukung pengembangan keterampilan komunikasi pada anak penyandang cacat intelektual. Dengan terlibat dalam kegiatan mendongeng, anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami dan mengekspresikan bahasa, yang merupakan dasar untuk pemahaman baca (C.S. & Carroll, 2017).

Mendongeng Tematik dan Terstruktur

  • Metode mendongeng tematik telah terbukti berdampak positif terhadap literasi membaca pada anak kecil. Dengan menggunakan tema yang beresonansi dengan anak-anak, mendongeng dapat membuat membaca lebih relevan dan menarik, sehingga meningkatkan hasil literasi (Chamidah & Aulina, 2022).
  • Pendekatan mendongeng terstruktur, seperti tata bahasa cerita dan strategi menceritakan kembali, membantu anak-anak dengan ketidakmampuan belajar mengidentifikasi elemen cerita utama dan meningkatkan pemahaman dan retensi materi mereka (Kuldanek, 1998).

Sementara mendongeng telah menunjukkan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan membaca di antara anak-anak dengan keterbelakangan mental, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan individu setiap anak. Menyesuaikan metode mendongeng dengan kekuatan kognitif dan sensorik spesifik anak-anak dapat memaksimalkan efektivitas intervensi ini. Selain itu, sementara mendongeng adalah alat yang ampuh, itu harus diintegrasikan dengan strategi pendidikan lainnya untuk memberikan pendekatan komprehensif untuk pengembangan literasi.

Isikdogan, N., & Kargin, T. (2010). Investigation of the Effectiveness of the Story-Map Method on Reading Comprehension Skills among Students with Mental Retardation. Kuram Ve Uygulamada Egitim Bilimleri.
Tisnawati, N. (2024). Pengembangan buku cerita tarik inovatif: membuka pintu literasi baca untuk siswa tuna rungu di slb negeri metro. Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM Metro. https://doi.org/10.24127/jlpp.v9i2.3861
Jadán-Guerrero, J., Sanchez-Gordon, S., Acosta-Vargas, P., Alvites-Huamaní, C. G., & Nunes, I. L. (2020). Interactive Storytelling Books for Fostering Inclusion of Children with Special Needs. https://doi.org/10.1007/978-3-030-51369-6_30
Gilmore, S. E., Klecan-Aker, J. S., & Owen, W. L. (1999). The Relationship of Storytelling Ability to Reading Comprehension in Children with Learning Disability Le rapport entre l’aptitude a raconter une histoire et la comprehension de la lecture chez les enfants ayant des troubles d’apprentissage.
C.S., C. F. R., & Carroll, V. (2017). Using storytelling to improve communication skills of children with intellectual disability.
Chamidah, Y. S. D., & Aulina, C. N. (2022). The Effect of The Thematic Storytelling Method on The Reading Liteacy of Children 5-6 Years Old at Kindergarten. Indonesian Journal of Education Methods Development. https://doi.org/10.21070/ijemd.v21i.704
Kuldanek, K. (1998). The Effects of Using a Combination of Story Frames and Retelling Strategies with Learning Disabled Students To Build Their Comprehension Ability.
 
Scroll to Top