Mengajar anak dengan autisme untuk memahami konsep kompleks seperti “pecahan” membutuhkan pendekatan multifaset yang mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan pembelajaran unik yang dihadapi oleh anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Proses ini melibatkan memanfaatkan berbagai metode pengajaran dan teknologi yang memenuhi preferensi sensorik dan kognitif anak-anak autis. Jawaban ini akan mengeksplorasi beberapa strategi dan alat yang dapat digunakan untuk memfasilitasi proses pembelajaran ini.
Memahami Pengajaran dan Teori Pikiran
- Anak-anak dengan autisme sering berjuang dengan memahami pengajaran sebagai kegiatan yang disengaja dan mengenali perbedaan pengetahuan antara guru dan pembelajar, yang sangat penting untuk mempelajari konsep kompleks seperti pecahan. Kesulitan ini terkait dengan gangguan dalam teori pikiran, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami niat dan keadaan pengetahuan orang lain (Knutsen et al., 2017).
- Intervensi yang berfokus pada peningkatan teori pikiran dan pemahaman pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar untuk anak-anak dengan autisme, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk memahami konsep abstrak.
Penggunaan Augmented Reality dan Gamification
- Augmented Reality (AR) dikombinasikan dengan gamifikasi telah menunjukkan harapan dalam melibatkan anak-anak dengan autisme dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan pengalaman visual dan interaktif, AR dapat membantu anak-anak memahami konsep abstrak dengan mengaitkannya dengan gambar dan kata-kata yang berwujud (Mota et al., 2020).
- Menerapkan proyek gamified dalam pengaturan pendidikan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan efektif untuk anak-anak dengan autisme, berpotensi membantu dalam memahami ide-ide kompleks seperti pecahan.
Instruksi Sistematis dan Integrasi Teknologi
- Penggunaan instruksi sistematis yang dipasangkan dengan teknologi, seperti iPad, dapat efektif dalam mengajar anak-anak dengan autisme. Pendekatan ini melibatkan metode pengajaran terstruktur, seperti penundaan waktu konstan dan dorongan paling sedikit, untuk memandu pembelajaran secara langkah-demi-langkah(Spooner et al., 2014)].
- E-book interaktif dan permainan komputer yang memberikan pengalaman belajar multisensori dan umpan balik yang konstan juga dapat mendukung pembelajaran konsep kompleks dengan mempertahankan perhatian anak dan memberikan kesempatan untuk praktik (Hulusic & Pistoljevic, 2015) (Sharmin et al., 2011).
Permainan Simbolik dan Alat Interaktif
- Model JASPER, yang berfokus pada pengembangan keterampilan bermain simbolik, dapat disesuaikan untuk membantu anak-anak dengan autisme memahami konsep abstrak. Dengan meningkatkan pengalaman bermain, anak-anak dapat belajar mengasosiasikan simbol dengan objek dan ide dunia nyata (Thi et al., 2024).
- Alat seperti cermin pintar gamified “Aliza”, yang mencakup komponen untuk menulis, matematika, dan ucapan, dapat mendukung pembelajaran konsep kompleks dengan memberikan pengalaman pendidikan yang interaktif dan dipersonalisasi (Najeeb et al., 2020).
Sementara strategi ini menawarkan jalan yang menjanjikan untuk mengajar anak-anak dengan autisme, penting untuk mengenali keragaman dalam spektrum autisme. Setiap anak dapat merespons secara berbeda terhadap berbagai metode dan teknologi pengajaran, yang memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi. Selain itu, faktor budaya dan kontekstual dapat mempengaruhi efektivitas intervensi ini, menyoroti perlunya strategi pengajaran yang mudah beradaptasi dan fleksibel.