Mengajar anak dengan autisme konsep multiplikasi memerlukan pendekatan yang disesuaikan yang mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan belajar mereka yang unik. Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan pendekatan pemecahan masalah berbasis model konseptual bisa sangat efektif. Metode ini menekankan pemahaman konsep yang mendasari perkalian daripada hanya menghafal prosedur. Dengan menggunakan strategi seperti alat bantu visual, manipulatif, dan model pemecahan masalah terstruktur, pendidik dapat membantu anak-anak dengan autisme memahami konsep multiplikasi dengan lebih efektif.
Pemecahan Masalah Berbasis Model Konseptual
- Pendekatan Pemecahan Masalah Berbasis Model Konseptual (COMPS) telah terbukti meningkatkan pemahaman perkalian pada siswa dengan autisme dengan menggunakan diagram model untuk mewakili hubungan matematika dalam masalah kata. Metode ini membantu siswa memilih operasi yang tepat untuk berbagai jenis masalah perkalian, seperti kelompok yang sama, perbandingan perkalian, dan masalah kombinasi (Bruno et al., 2024).
- Dalam sebuah penelitian yang melibatkan siswa dengan autisme, pendekatan COMPS memfasilitasi transisi dari pemodelan informal ke operasi tertulis, dengan siswa menunjukkan preferensi untuk strategi pemodelan dalam kelompok yang setara dan masalah kombinasi (Bruno et al., 2024).
Penggunaan Manipulatif dan Alat Bantu Visual
- Menggabungkan manipulatif konkret dan virtual, seperti blok dasar-sepuluh, penghitung, dan garis angka, dapat membantu dalam membangun kuantitas dan memecahkan masalah. Pendekatan ini membantu siswa beralih dari pemahaman instrumental ke pemahaman relasional perkalian (Camp, 2018).
- Perangkat bantuan pembelajaran perkalian, yang menggunakan representasi visual dari tabel perkalian, juga dapat bermanfaat. Perangkat ini memungkinkan siswa untuk melihat persimpangan angka dalam format grid, memperkuat konsep perkalian sebagai penambahan berulang (Rice, 1975).
Instruksi Peka Bahasa
- Dukungan peka bahasa, yang menekankan hubungan antara representasi multiplikatif yang berbeda dan kosakata terkait makna, dapat membantu anak-anak dengan autisme memahami konsep perkalian. Misalnya, menjelaskan bahwa “2 kali 4″ berarti “2 kelompok masing-masing 4” dapat memperjelas konsep perkalian sebagai pengelompokan (Götze, 2019).
Pembelajaran Berurutan dan Terstruktur
- Mengajar multiplikasi melalui urutan terstruktur, seperti urutan konkret-representational-abstrak (CRA), dapat efektif. Metode ini melibatkan perpindahan dari manipulatif konkret ke gambar representasional dan akhirnya ke simbol abstrak, membantu siswa membangun fondasi konseptual yang kokot (Flores et al., 2014) (Flores & Franklin, 2014).
- Sebuah penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan autisme dapat menggeneralisasi pembelajaran mereka ke masalah yang lebih kompleks ketika diajarkan perkalian secara terstruktur dan berurutan, dimulai dengan perkalian sederhana dan maju ke operasi yang lebih kompleks (García-Moya et al., 2022).
Penggunaan Sastra dan Pembelajaran Dialogis
- Menggabungkan sastra anak-anak sebagai alat motivasi dapat memfasilitasi pembelajaran dialogis dan meningkatkan pemahaman konseptual multiplikasi. Pendekatan ini mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan perkalian dan diskusi, menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep tersebut (Worlley & Jamieson-Proctor, 2005).
Meskipun strategi ini efektif, penting untuk menyadari bahwa setiap anak dengan autisme adalah unik, dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berhasil untuk yang lain. Pendidik harus fleksibel dan mau menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa. Selain itu, sementara pemahaman konseptual sangat penting, beberapa siswa dapat memperoleh manfaat dari pelatihan prosedural untuk mengembangkan kelancaran dan otomatisitas dalam fakta perkalian, yang dapat melengkapi pembelajaran konseptual mereka (Santos, n.d.).