Mengajar anak dengan autisme untuk menulis cerita pendek melibatkan pemahaman kebutuhan belajar unik mereka dan menggunakan strategi yang memenuhi kekuatan dan tantangan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering menghadapi kesulitan dalam ekspresi tertulis, generasi narasi, dan penceritaan imajinatif. Namun, dengan intervensi yang ditargetkan dan praktik berbasis bukti, anak-anak ini dapat mengembangkan kemampuan bercerita mereka. Bagian berikut menguraikan strategi dan pertimbangan yang efektif untuk mengajarkan penulisan cerita pendek kepada anak-anak dengan autisme.
Memahami Tantangan
- Anak-anak dengan ASD sering berjuang dengan penceritaan imajinatif karena gangguan imajinasi dan teori pikiran, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menciptakan narasi yang kompleks (Craig & Baron-Cohen, 2000).
- Mereka mungkin juga mengalami kesulitan dengan pengaturan diri dan perencanaan, yang sangat penting untuk mengatur pemikiran dan menyusun cerit(Asaro-Saddler, 2016).
Strategi Pengajaran yang Efektif
- Ikon Makrostruktur dan Dukungan Visual: Menggunakan alat bantu visual seperti ikon makrostruktur dapat membantu anak-anak dengan ASD memahami dan mengatur elemen cerita, seperti karakter, pengaturan, dan plot. Pendekatan ini telah terbukti efektif dalam membantu anak-anak menghasilkan narasi berdasarkan skenario realistis (Favot et al., 2019).
- Pengembangan Strategi yang Diatur Sendiri (SRSD) : Pendekatan ini berfokus pada pengajaran keterampilan pengaturan diri di samping strategi menulis. Telah ditemukan untuk meningkatkan kualitas dan panjang penulisan pada anak-anak dengan ASD dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi pekerjaan mereka (Asaro-Saddler, 2016).
- Pengajaran Presisi: Metode ini melibatkan penggunaan latihan berjangka waktu untuk meningkatkan frekuensi respons yang benar dalam mendongeng. Ini dapat membantu anak-anak dengan ASD meningkatkan kefasihan narasi mereka dan memasukkan emosi dan dialog ke dalam cerita mereka (Schirmer et al., 2007).
Menggabungkan Kekuatan dan Minat
- Memanfaatkan kekuatan anak, seperti keterampilan membaca yang kuat, dapat bermanfaat. Misalnya, menggunakan minat anak dalam membaca untuk membangun keterampilan mendongeng mereka dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi (Schirmer et al., 2007).
- Menyesuaikan topik cerita dengan minat anak juga dapat membuat proses penulisan lebih menyenangkan dan bermakna, mendorong kreativitas dan ekspresi. (Asaro-Saddler, 2016).
Peran Kisah Soal
- Cerita sosial, yang merupakan narasi singkat yang menggambarkan situasi sosial dan tanggapan yang tepat, dapat digunakan untuk mengajarkan pemecahan masalah dan isyarat sosial. Cerita-cerita ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk menciptakan narasi yang lebih kompleks dengan membantu anak-anak memahami motivasi dan interaksi karakter (Valle et al., 2001).
Penelitian dan Pertimbangan Masa Depan
- Ada kebutuhan untuk desain penelitian yang lebih kuat untuk mengeksplorasi generalisasi keterampilan naratif untuk berbagai jenis cerita, seperti narasi berbasis fantasis (Favot et al., 2019).
- Tinjauan literatur berkala dan studi empiris direkomendasikan untuk membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang intervensi penulisan yang efektif untuk anak-anak dengan ASDÂ (Sella et al., 2020).
Sementara strategi ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengajar penulisan cerita pendek, penting untuk menyadari bahwa setiap anak dengan autisme adalah unik, dan intervensi harus disesuaikan secara individual untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Selain itu, membina lingkungan yang mendukung dan menggembirakan dapat secara signifikan mempengaruhi kesediaan anak untuk terlibat dalam kegiatan menulis.