A child plays near a traditional house in İncesu, Türkiye, on a dry grassy field.

Bagaimana Cara Menggunakan Cerita Pendek Untuk Membantu Anak Dengan Retardasi Mental Belajar Menulis?

Cerita pendek dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu anak-anak dengan keterbelakangan mental, atau cacat intelektual, belajar menulis. Narasi ini memberikan kerangka kerja terstruktur namun fleksibel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran unik anak-anak ini. Dengan mengintegrasikan mendongeng dengan strategi instruksional tertentu, pendidik dapat meningkatkan keterampilan menulis dan komunikasi siswa dengan cacat intelektual. Bagian berikut menguraikan metode dan strategi yang efektif untuk menggunakan cerita pendek dalam konteks ini.

Pemodelan dan Templat Cerita

  • Pemodelan dan templat cerita efektif dalam mengajarkan penulisan naratif kepada siswa dengan cacat intelektual sedang. Alat-alat ini membantu siswa memahami dan memasukkan elemen cerita penting ke dalam tulisan mereka. Misalnya, menggunakan model video untuk mendemonstrasikan elemen cerita dan menyediakan template cerita dapat memandu siswa dalam menyusun narasi mereka (Pennington & Koehler, 2017).
  • Penggunaan pola cerita yang dapat diprediksi dan dorongan simultan dapat membantu siswa dalam membangun cerita sederhana. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memilih kata-kata dari array tertentu untuk menyelesaikan cerita, yang membantu dalam mempertahankan keterampilan yang dipelajari dan menerapkannya di konteks yang berbeda (Pennington & Koehler, 2017).

Pengembangan Strategi yang Diatur Sendiri (SRSD)

  • SRSD adalah pendekatan instruksional komprehensif yang mengintegrasikan strategi kognitif, perilaku, dan afektif untuk meningkatkan keterampilan menulis. Ini melibatkan pengajaran siswa untuk merencanakan, menulis, merevisi, dan mengelola proses penulisan mereka, yang sangat bermanfaat bagi siswa dengan gangguan belajar (Mason et al., 2002).
  • Pendekatan SRSD dapat disesuaikan untuk anak-anak penyandang cacat intelektual dengan berfokus pada pengaturan diri dan penggunaan strategi, yang membantu dalam mengatasi tantangan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengorganisasian teks (Mason et al., 2002).

Keterampilan Mendongeng dan Komunikasi

  • Mendongeng dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan komunikasi pada anak-anak penyandang cacat intelektual. Dengan terlibat dalam kegiatan mendongeng, anak-anak dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami dan mengekspresikan pesan lisan. Proses ini melibatkan mendengarkan sebuah cerita dan kemudian menceritakannya kembali dengan kata-kata mereka sendiri, yang menumbuhkan pemahaman dan ekspresi. (C.S. & Carroll, 2017).
  • Penggunaan alat bantu visual, seperti gambar hitam putih atau berwarna, dapat lebih mendukung penceritaan dengan memberikan isyarat visual yang membantu anak-anak mengingat dan menceritakan cerita. Metode ini telah terbukti meningkatkan perilaku komunikasi dan keterampilan naratif pada anak-anak dengan disabilitas intelektual (C.S. & Carroll, 2017).

Keterampilan Kognitif dan Perseptual-Motorik

  • Kesulitan menulis pada anak-anak cacat intelektual sering dikaitkan dengan kekurangan keterampilan motorik persepsi. Mengatasi masalah mendasar ini melalui intervensi yang ditargetkan dapat meningkatkan hasil penulisan. Misalnya, latihan yang mengembangkan perhatian pendengaran dan memori dapat meningkatkan kemampuan untuk memproses dan mengekspresikan bahasa tulis (Baroody, 1988).
  • Instruksi terstruktur dan sederhana, didukung oleh para profesional dan disesuaikan dengan kebutuhan individu, sangat penting untuk mengembangkan keterampilan menulis dalam populasi ini. Intervensi semacam itu tidak hanya meningkatkan menulis tetapi juga menumbuhkan keterampilan pribadi dan sosial yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat (Budia et al., 2020).

Sementara strategi ini menyoroti potensi menggunakan cerita pendek untuk mengajar menulis, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan individu setiap anak. Menyesuaikan intervensi dengan tantangan kognitif dan komunikatif spesifik yang dihadapi oleh anak-anak penyandang cacat intelektual dapat memaksimalkan efektivitas pendekatan ini. Selain itu, membina lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi sangat penting untuk mendorong keterlibatan dan kemajuan dalam keterampilan menulis.

Pennington, R. C., & Koehler, M. (2017). Effects of Modeling, Story Templates, and Self-Graphing in the Use of Story Elements by Students with Moderate Intellectual Disability. Education and Training in Autism and Developmental Disabilities.
Mason, L. H., Harris, K. R., & Graham, S. (2002). Every Child Has a Story To Tell: Self-Regulated Strategy Development for Story Writing. Education and Treatment of Children.
C.S., C. F. R., & Carroll, V. (2017). Using storytelling to improve communication skills of children with intellectual disability.
Baroody, A. J. (1988). A Cognitive Approach to Writing Instruction for Children Classified as Mentally Handicapped. The Arithmetic Teacher. https://doi.org/10.5951/AT.36.2.0007
Budia, M. O., Suelves, D. M., & Rodrigo, M. M. R. (2020). Intervenciones para el aprendizaje de la lectura en alumnado con discapacidad intelectual : un estudio bibliográfico. https://doi.org/10.15366/TP2020.36.13
Scroll to Top