Anak-anak dengan keterbelakangan mental sering menghadapi tantangan signifikan dalam mengenali angka, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk belajar matematika secara efektif. Kesulitan ini dikaitkan dengan kemampuan kognitif mereka yang terbatas dan kebutuhan akan pengalaman belajar konkret. Berbagai penelitian telah mengeksplorasi metode untuk meningkatkan pengenalan angka pada anak-anak ini, dengan fokus pada strategi dan alat pendidikan yang disesuaikan. Pendekatan ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara konsep matematika abstrak dan kemampuan berpikir konkret anak-anak dengan keterbelakangan mental. Di bawah ini adalah beberapa strategi dan temuan utama dari penelitian.
Metode dan Alat Pendidikan
Metode VAKT: Metode Visual, Auditory, Kinestetik, dan Taktil (VAKT) telah terbukti meningkatkan pengenalan angka pada anak-anak dengan keterbelakangan mental sedang. Metode ini melibatkan penggunaan beberapa modalitas sensorik untuk meningkatkan pembelajaran, yang ditemukan secara signifikan meningkatkan kemampuan anak-anak untuk mengenali angka dari 1 hingga 10Â (Zulkifli, 2013).
Kartu Angka: Untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental ringan, menggunakan kartu angka sebagai media pembelajaran terbukti efektif. Pendekatan ini membantu menjembatani kesenjangan antara angka-angka abstrak dan gaya berpikir konkret anak-anak ini. Studi ini menunjukkan peningkatan nyata dalam pengenalan angka dari 33,3% menjadi 88,89% setelah intervens i(Istiqomah et al., 2022).
Sistem Pembelajaran Interaktif: Desain dan sistem interaktif yang memenuhi gaya belajar khusus anak-anak dengan gangguan mental, seperti pembelajaran visual, pendengaran, dan kinestetik, telah dikembangkan. Sistem ini menggunakan sensor dan elemen interaktif untuk melibatkan anak-anak secara aktif, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk mempelajari angka (Dangeti et al., 2013).
Tantangan dan Pertimbangan
Keterbatasan Kognitif: Anak-anak dengan keterbelakangan mental sering memiliki IQ antara 50/55 dan 70, yang membatasi kemampuan mereka untuk memproses konsep abstrak. Hal ini mengharuskan penggunaan alat pembelajaran konkret dan interaktif untuk memfasilitasi pemahaman (Finandhita & Octaviana, 2023).
Dyscalculia: Banyak anak dengan keterbelakangan mental juga menderita dyscalculia, ketidakmampuan belajar tertentu yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami konsep matematika. Kondisi ini semakin mempersulit kemampuan mereka untuk mengenali dan bekerja dengan angka (Lutfiyah et al., 2023).
Pemrosesan Angka Simbolik: Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar matematika, termasuk mereka yang mengalami keterbelakangan mental, sering berjuang dengan pemrosesan angka simbolik. Ini termasuk kesulitan dalam mengenali, memahami, dan menghasilkan angka, yang dapat dikaitkan dengan tantangan kognitif yang lebih luas (Lafay et al., 2018).
Intervensi Teknologi
Aplikasi Seluler: Pengembangan aplikasi seluler yang disesuaikan untuk anak-anak dengan sindrom Down, yang sering memiliki tantangan belajar yang serupa, telah menunjukkan harapan. Aplikasi ini memberikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi yang dapat beradaptasi dengan kecepatan dan tingkat pemahaman anak (Ahmad et al., 2014).
Intervensi Berbasis Otak: Penelitian yang muncul mengeksplorasi intervensi berbasis otak, seperti stimulasi kebisingan acak transkranial (tRNs), dikombinasikan dengan pelatihan kognitif untuk meningkatkan kognisi numerik. Intervensi ini bertujuan untuk memberikan peningkatan yang lebih mendasar dalam keterampilan aritmatika (Lazzaro et al., 2021).
Sementara strategi ini menunjukkan harapan, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan individu setiap anak. Efektivitas intervensi apa pun dapat bervariasi berdasarkan profil kognitif spesifik anak dan preferensi belajar. Selain itu, meskipun metode teknologi dan interaktif bermanfaat, mereka harus diintegrasikan dengan metode pengajaran tradisional untuk memberikan pengalaman belajar yang komprehensif. Pengembangan berkelanjutan dari alat dan intervensi pendidikan yang dipersonalisasi terus menawarkan harapan untuk meningkatkan kemampuan matematika anak-anak dengan keterbelakangan mental.