Hubungan antara keterbelakangan mental (cacat intelektual) dan kesulitan berhitung bersifat kompleks dan beragam. Sementara cacat intelektual sering menyebabkan tantangan dalam berhitung, tingkat keparahan dan sifat kesulitan ini dapat bervariasi secara signifikan di antara individu. Penelitian menunjukkan bahwa sementara banyak individu dengan cacat intelektual mengalami tantangan berhitung, ini tidak parah secara universal dan dapat dikurangi melalui intervensi yang ditargetkan dan metode pengajaran adaptif. Bagian berikut mengeksplorasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan berhitung pada individu dengan cacat intelektual dan intervensi potensial yang dapat mendukung pembelajaran matematika mereka.
Faktor-Faktor yang Berkontribusi pada Kesulitan Berhitung
Inersia Kognitif dan Tantangan Pemecahan Masalah: Siswa dengan cacat intelektual sering menunjukkan inersia kognitif, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk bergeser di antara operasi matematika yang berbeda, seperti penambahan dan pengurangan. Inersia ini dapat menyebabkan peningkatan kesalahan dan kesulitan dalam pemecahan masalah, terutama karena tugas menjadi lebih kompleks (Agheana, 2023).
Keterampilan Motorik dan Penggunaan Manipulatif: Banyak siswa penyandang cacat intelektual menghadapi hambatan dalam menggunakan manipulatif fisik karena pertahanan sentuhan dan keterampilan motorik yang lemah. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk terlibat dengan konsep berhitung awal, meskipun alat berbasis teknologi telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan keterlibatan dan pembelajaran (Jimenez & Stanger, 2017).
Defisit Inti dalam Pengertian Angka: Penelitian tentang diskalkulia perkembangan, suatu kondisi yang sering dikaitkan dengan cacat intelektual, menyoroti defisit dalam arti angka simbolik dan nonsimbolik. Defisit ini dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan numerik dasar dan kinerja aritmatika (Decarli et al., 2022).
Intervensi dan Strategi Pendidikan
Program Bimbingan Personalisasi: Program les Integrated Number Sense (INS) telah terbukti meningkatkan kelancaran aritmatika dan menormalkan representasi saraf pada anak-anak dengan cacat matematika. Program-program ini berfokus pada peningkatan hubungan antara representasi numerik nonsimbolik dan simbolik (Park et al., 2024).
Intervensi Berbasis Otak: Teknik seperti stimulasi kebisingan acak transkranial (TRNs) dikombinasikan dengan pelatihan kognitif telah menunjukkan potensi dalam meningkatkan keterampilan aritmatika pada anak-anak dengan ketidakmampuan belajar matematika. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan neuroplastisitas dan pemrosesan kognitif yang terkait dengan numerasi (Lazzaro et al., 2021).
Metode Pengajaran Adaptif: Menyesuaikan strategi pendidikan dengan kebutuhan individu siswa penyandang cacat intelektual sangat penting. Penilaian diagnostik dapat membantu mengidentifikasi tantangan berhitung tertentu, memungkinkan pengembangan program pembelajaran individual yang memenuhi kebutuhan ini (Ponija, 2022).
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara cacat intelektual sering berkorelasi dengan kesulitan berhitung, penting untuk mengenali variabilitas dalam kemampuan individu dan potensi perbaikan melalui intervensi yang ditargetkan. Tidak semua individu dengan cacat intelektual akan mengalami tantangan berhitung yang parah, dan dengan dukungan yang tepat, banyak yang dapat mencapai kemajuan signifikan dalam keterampilan matematika mereka. Selain itu, peran kemampuan kognitif umum domain, seperti memori kerja, dalam kinerja berhitung menunjukkan bahwa intervensi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kognitif yang lebih luas ini (Iglesias-Sarmiento & Deaño, 2017). Memahami beragam kebutuhan dan potensi individu dengan disabilitas intelektual sangat penting untuk mengembangkan strategi pendidikan yang efektif yang meningkatkan keterampilan berhitung dan kualitas hidup secara keseluruhan.