Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering dianggap kurang memiliki kemampuan untuk menunjukkan kasih sayang, tetapi ini adalah kesalahpahaman. Penelitian menunjukkan bahwa sementara anak-anak dengan autisme dapat mengekspresikan kasih sayang secara berbeda, mereka mampu membentuk keterikatan dan menunjukkan kasih sayang. Tantangan yang mereka hadapi seringkali terkait dengan komunikasi sosial dan pemrosesan sensorik daripada ketidakmampuan untuk merasakan atau mengekspresikan kasih sayang. Pemahaman bernuansa ini sangat penting untuk membina lingkungan yang mendukung bagi anak-anak dengan autisme. Di bawah ini adalah wawasan utama dari penelitian tentang topik ini.
Empati dan Ekspresi Emosional
- Anak-anak autis mungkin mengalami kesulitan dengan aspek-aspek empati tertentu, seperti memperhatikan orang lain dan mengakui emosi, tetapi mereka tidak acuh terhadap perasaan orang lain. Mereka dapat mengalami penularan emosi, terutama dengan emosi negatif, mirip dengan rekan non-autis mereka (Li et al., 2022).
- Ekspresivitas emosional pada anak-anak dengan autisme menunjukkan bahwa meskipun mereka mungkin menunjukkan rasa takut yang kurang intens dan kemarahan yang lebih intens, kemampuan mereka untuk mengekspresikan kegembiraan sebanding dengan anak-anak yang biasanya berkembang. Ini menunjukkan bahwa ekspresi emosional positif tidak utuh (Macari et al., 2018).
Respons Otonom dan Sensorik
- Anak-anak dengan autisme sering menunjukkan respons otonom atipikal terhadap sentuhan afektif, yang mungkin mencerminkan gairah yang lebih rendah dan pelepasan sosial. Ini tidak menyiratkan ketidakmampuan untuk menunjukkan kasih sayang melainkan respons fisiologis yang berbeda terhadap rangsangan sosial (Bufo et al., 2022).
- Penghindaran sentuhan pada anak autis kadang-kadang disebabkan oleh kepekaan sensorik, tetapi juga dapat dikaitkan dengan sifat sosial sentuhan daripada sensasi fisiknya. Ini menunjukkan bahwa sentuhan sosial dapat dihindari karena mengganggu prioritas lain, bukan karena kurangnya kasih sayang (Henderson, 2022).
Keterikatan dan Motivasi Sosial
- Penelitian tentang keterikatan menunjukkan bahwa banyak anak dengan autisme membentuk keterikatan yang aman, menunjukkan bahwa motivasi sosial mereka utuh. Mereka mungkin tampak kurang motivasi sosial karena tantangan komunikasi daripada tidak adanya kasih sayang (Oppenheim et al., 2019).
- Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme dapat meningkatkan pemahaman dan demonstrasi kasih sayang mereka melalui intervensi yang ditargetkan, menunjukkan bahwa perilaku kasih sayang mereka dapat ditingkatkan dengan dukungan yang tepat (Sofronoff et al., 2011).
Tantangan dan Intervensi
- Anak-anak dengan sindrom Asperger, suatu bentuk autisme, sering mengalami kesulitan dengan perilaku penuh kasih sayang, memengaruhi fungsi dan hubungan sehari-hari mereka. Namun, intervensi dapat membantu meningkatkan pemahaman dan ekspresi kasih sayang (Sofronoff et al., 2014).
- Intervensi perilaku telah dikembangkan untuk mengajar anak-anak dengan autisme mengenali dan mengekspresikan emosi, yang dapat membantu mereka menggeneralisasi keterampilan ini ke situasi baru dan meningkatkan interaksi sosial (Daou et al., 2016).
Sementara anak-anak dengan autisme mungkin menghadapi tantangan dalam mengekspresikan kasih sayang karena kepekaan sensorik dan kesulitan komunikasi, mereka mampu membentuk keterikatan dan menunjukkan kasih sayang. Tantangan-tantangan ini sering dapat diatasi melalui intervensi dan dukungan, memungkinkan anak-anak dengan autisme untuk mengekspresikan kasih sayang dengan cara yang berarti bagi mereka. Memahami nuansa ini membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional dan sosial mereka.