Pertanyaan apakah anak-anak hiperaktif lebih berisiko mengembangkan gangguan mental di masa depan didukung oleh sejumlah besar penelitian. Hiperaktif, sering dikaitkan dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), telah dikaitkan dengan berbagai hasil kesehatan mental di kemudian hari. Bukti menunjukkan bahwa anak-anak hiperaktif memang berisiko tinggi untuk beberapa gangguan kejiwaan seiring bertambahnya usia, dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan kognitif.
Risiko Gangguan Internalisasi
- Anak-anak dengan ADHD berada pada peningkatan risiko mengembangkan gangguan internalisasi seperti kecemasan dan depresi. Sebuah penelitian mengidentifikasi tiga lintasan untuk kecemasan dan depresi: terus-menerus tinggi, terus-menerus rendah, dan meningkat. Faktor-faktor seperti ketakutan/kesedihan temperamental, lekas marah, kritik orang tua, dan menyalahkan diri sendiri untuk konflik antar orang tua adalah prediktor signifikan dari lintasan ini (Karalunas et al., 2022).
- Gejala ADHD dini telah terbukti memprediksi gejala internalisasi di kemudian hari, termasuk kecemasan dan depresi, pada masa kanak-kanak akhir dan masa remaja (Mlodnicka et al., 2024).
Risiko Gangguan Psikotik
- Ada hubungan yang signifikan antara ADHD masa kanak-kanak dan risiko mengembangkan gangguan psikotik di kemudian hari. Sebuah meta-analisis menemukan bahwa individu dengan ADHD memiliki efek relatif gabungan 4,74 kali lebih tinggi risiko mengembangkan gangguan psikotik dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki ADHD (Nourredine et al., 2021).
- Penggunaan obat ADHD tertentu, seperti amfetamin dan atomoxetine, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala psikotik yang baru didiagnosis pada remaja (Elmaghraby et al., 2024).
Risiko Gangguan Makan
- Hiperaktif pada anak usia dini telah dikaitkan dengan perkembangan gejala gangguan makan pada masa remaja. Hubungan ini dimediasi oleh faktor-faktor seperti makan berlebihan dan ketidakfleksibelan kognitif, menunjukkan bahwa skrining perilaku dan kognitif dini dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang berisiko (Dufour et al., 2023).
Risiko Gangguan Psikiatri Lainnya
- Sebuah studi nasional di Taiwan menemukan bahwa anak-anak dengan ADHD 3,82 kali lebih mungkin mengembangkan gangguan kejiwaan, termasuk gangguan penantangan oposisi, gangguan spektrum autisme, dan ADHD dewasa(Huang et al., 2019)].
- Hiperaktif prasekolah telah terbukti memprediksi hasil kesehatan mental yang buruk pada masa remaja dan dewasa, dengan laki-laki lebih terpengaruh daripada wanita (Smith et al., 2017).
Pengaruh Genetik dan Lingkungan
- Predisposisi genetik, seperti skor risiko poligenik untuk ADHD dan gangguan kejiwaan lainnya, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mengalami pelecehan masa kanak-kanak, yang pada gilirannya terkait dengan penyakit mental (Ratanatharathorn et al., 2021).
- Gangguan kognitif, yang sering mendahului gejala kejiwaan, lebih umum pada remaja yang berisiko, menunjukkan hubungan antara defisit kognitif awal dan masalah kesehatan mental selanjutnya (Wang et al., 2024).
Sementara bukti sangat mendukung peningkatan risiko gangguan mental pada anak-anak hiperaktif, penting untuk mempertimbangkan peran intervensi dan dukungan dini. Mengidentifikasi anak-anak berisiko melalui penilaian perilaku dan kognitif dapat memandu strategi pencegahan dan berpotensi mengurangi dampak jangka panjang hiperaktif pada kesehatan mental. Selain itu, pengaruh kesehatan mental orang tua, terutama stres dan depresi ibu, menyoroti perlunya sistem dukungan keluarga yang komprehensif (Ko & Jeong, 2024).