Anak-anak dengan disgrafia memang dapat berhasil dalam pendidikan tinggi, meskipun mereka mungkin menghadapi tantangan unik yang memerlukan akomodasi dan dukungan khusus. Disgrafia, ketidakmampuan belajar yang mempengaruhi kemampuan menulis, dapat menghambat kinerja akademik jika tidak ditangani dengan benar. Namun, dengan strategi dan sistem pendukung yang tepat, siswa dengan disgrafia dapat berkembang di lingkungan universitas. Bagian berikut mengeksplorasi faktor-faktor kunci yang berkontribusi pada keberhasilan siswa dengan disgrafia di pendidikan tinggi.
Lingkungan Pendidikan yang Mendukung
- Praktik Inklusif: Universitas yang mengadopsi praktik pengajaran inklusif dan memberikan pelatihan bagi pendidik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi siswa dengan disgrafia. Kesadaran guru dan sikap positif terhadap ketidakmampuan belajar sangat penting dalam menumbuhkan suasana inklusif (Černickaja & Sokolová, 2024).
- Kurikulum Berdiferensiasi: Menerapkan kurikulum berbeda yang mengakomodasi berbagai kebutuhan belajar dapat secara signifikan meningkatkan pengalaman pendidikan bagi siswa dengan disgrafia. Pendekatan ini memungkinkan strategi pembelajaran yang dipersonalisasi yang memenuhi kekuatan dan kelemahan individu (Al-Bukhari, 2024).
Akomodasi yang disesuaikan
- Akomodasi Tes Individual: Protokol untuk memilih akomodasi tes yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa dengan disgrafia dapat meningkatkan kinerja akademik mereka. Akomodasi tersebut mungkin termasuk penggunaan teknologi, waktu yang diperpanjang, atau metode penilaian alternatif (Rosenberg-Adler & Weintraub, 2020).
- Teknologi Bantuan: Penggunaan teknologi bantu, seperti perangkat lunak ucapan-ke-teks, dapat membantu siswa dengan disgrafia mengatasi tantangan menulis dan mengekspresikan ide mereka dengan lebih baik (Mamman, 2020).
Atribut dan Strategi Pribadi
- Ketekunan dan Motivasi: Atribut pribadi seperti ketekunan, motivasi, dan harga diri memainkan peran penting dalam keberhasilan siswa dengan disgrafia. Ciri-ciri ini membantu siswa menavigasi tantangan pendidikan tinggi dan bertahan dalam pengejaran akademik mereka (Þorsteinsson, 2015).
- Pelatihan Perhatian: Intervensi seperti program pelatihan perhatian dapat meningkatkan kinerja akademik siswa dengan disgrafia dengan meningkatkan fokus dan konsentrasi mereka, yang sangat penting untuk mengelola tugas menulis (Raji et al., 2024).
Dukungan Kelembagaan
- Akses ke Sumber Daya: Universitas yang menyediakan akses ke sumber daya seperti tutor disleksia, waktu tambahan untuk ujian, dan dukungan dengan teknologi informasi dapat membantu siswa dengan disgrafia berhasil. Sumber daya ini memungkinkan siswa untuk mengelola kesulitan belajar mereka dengan lebih efektif (Olofsson et al., 2011).
- Layanan Pendukung: Ketersediaan layanan dukungan, termasuk konseling dan nasihat akademik, dapat membantu siswa dalam mengembangkan strategi koping dan mengakses akomodasi yang diperlukan (MacCullagh et al., 2017).
Sementara tantangan yang dihadapi oleh siswa dengan disgrafia di pendidikan tinggi sangat signifikan, mereka tidak dapat diatasi. Keberhasilan siswa ini sering tergantung pada kombinasi tekad pribadi, dukungan kelembagaan, dan akomodasi yang disesuaikan. Penting untuk menyadari bahwa pengalaman setiap siswa adalah unik, dan apa yang berhasil untuk satu individu mungkin tidak efektif untuk orang lain. Oleh karena itu, pendekatan yang fleksibel dan personal sangat penting dalam mendukung siswa dengan disgrafia dalam upaya akademik mereka.