A young child sitting on the floor in a classroom facing bullying from peers.

Bagaimana Cara Membantu Anak Dengan Retardasi Mental Agar Bisa Mengurus Diri Sendiri?

Membantu seorang anak dengan keterbelakangan mental untuk merawat diri mereka sendiri melibatkan pendekatan multifaset yang mencakup pelatihan, dukungan keluarga, dan intervensi terstruktur. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemandirian anak dalam kegiatan perawatan diri, yang secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Berbagai strategi telah diidentifikasi dalam literatur untuk mendukung proses ini, mulai dari pelatihan kebersihan pribadi hingga terapi okupasi dan keterlibatan keluarga. Di bawah ini adalah strategi dan pertimbangan utama untuk membantu anak-anak dengan keterbelakangan mental dalam perawatan diri.

Pelatihan Kebersihan Pribadi

  • Program pelatihan yang berfokus pada kebersihan pribadi dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan perawatan diri anak-anak penyandang cacat intelektual. Program-program ini sering melibatkan mendidik anak-anak dan pengasuh mereka, seperti orang tua dan guru, untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi (Juhanaini et al., 2024)].
  • Pelatihan disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak, memungkinkan mereka untuk secara bertahap bertanggung jawab atas kebersihan dan kesehatan mereka, yang sangat penting untuk kesejahteraan mereka secara keseluruhan (Juhanaini et al., 2024).

Pemodelan dan Teknik Perilaku

  • Teknik pemodelan telah terbukti meningkatkan kemandirian perawatan diri pada anak-anak penyandang cacat intelektual. Misalnya, intervensi yang melibatkan demonstrasi tugas-tugas seperti membalut dan menyikat gigi dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan anak untuk melakukan tugas-tugas ini secara mandiri (Astriani & Mufidah, 2022).
  • Analisis perilaku terapan (ABA) dan strategi perilaku lainnya, seperti memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan menggunakan petunjuk, efektif dalam mengajarkan keterampilan swadaya. Metode-metode ini telah menjadi dasar dalam melatih individu dengan disabilitas intelektual selama beberapa dekade (Matson & Hong, 2019).

Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

  • Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam menumbuhkan kemandirian pada anak-anak dengan keterbelakangan mental. Penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat antara keterlibatan keluarga dan kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (Iwal et al., 2023).
  • Program pelatihan yang mencakup orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, memungkinkan mereka untuk lebih mendukung perkembangan perawatan diri anak mereka (Ramawati et al., 2014).

Terapi Okupasi

  • Terapi okupasi adalah intervensi lain yang efektif untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri. Ini melibatkan kegiatan terstruktur yang membantu anak-anak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk tugas kehidupan sehari-hari. Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi okupasi dapat secara signifikan meningkatkan tingkat kemandirian dalam kegiatan perawatan diri di antara anak-anak dengan keterbelakangan mental (Rokhman & Rohmah, 2019).

Strategi dan Tantangan Instruksional

  • Mengajar keterampilan hidup sehari-hari membutuhkan strategi instruksional khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak penyandang cacat intelektual. Tantangan termasuk memastikan bahwa keterampilan yang diajarkan sesuai usia dan mengatasi masalah perilaku apa pun yang dapat menghambat pembelajaran (Rimingado, 2022).
  • Menciptakan peluang bagi anak-anak untuk mempraktikkan keterampilan perawatan diri dalam rutinitas sehari-hari mereka juga dapat meningkatkan kemandirian. Pendekatan ini melibatkan rutinitas restrukturisasi untuk memungkinkan anak-anak terlibat dalam tugas perawatan diri lebih sering (Kellegrew, 2015).

Meskipun strategi ini efektif, penting untuk mengenali tantangan dan keterbatasan yang mungkin timbul. Misalnya, beberapa anak mungkin menghadapi tantangan perilaku yang signifikan yang menghambat kemampuan mereka untuk mempelajari keterampilan perawatan diri. Dalam kasus seperti itu, rencana dukungan perilaku positif mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan memfasilitasi pembelajaran (Mandal et al., 2007). Selain itu, persepsi dan sikap pengasuh dan masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk mengembangkan keterampilan perawatan diri, menyoroti perlunya proses pendidikan yang mempromosikan pengakuan keragaman dan potensi anak-anak dengan disabilitas intelektual (Ochoa et al., 2013).

Juhanaini, J., Suherman, Y., & Wibowo, S. W. (2024). Personal Hygiene Training for Children with Intellectual Disability. https://doi.org/10.57142/picsar.v1i1.43
Astriani, D., & Mufidah, A. C. (2022). Modeling to Increase Self-Care Independence of Children with Intellectual Disability. https://doi.org/10.29407/int.v1i1.2509
Matson, J. L., & Hong, E. (2019). Self-Help Skills. https://doi.org/10.1007/978-3-030-20843-1_41
Ramawati, D., Nani, D., Pratiwi, H. M., & Purnamasari, M. D. (2014). Self-care management training meningkatkan pengetahuan orangtua dan kemampuan perawatan diri anak retardasi mental.
Rokhman, A., & Rohmah, F. (2019). PENINGKATAN KEMANDIRIAN MERAWAT DIRI ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN TERAPI OKUPASI DI SDLB NEGERI LAMONGAN: Improvement of Self-Care Independence for Children with Mental Retardation Using Occupational Therapy in SDLB Negeri Lamongan. https://doi.org/10.33023/JIKEP.V5I2.239
Rimingado, Dr. S. I. (2022). Instructional Strategies and Challenges for Training Daily Life Skills for Students with Intellectual Disabilities: Teachers’ Guide. Journal of Language and Linguistics in Society. https://doi.org/10.55529/jlls.23.30.36
Kellegrew, D. H. (2015). Creating Opportunities for Occupation: An Intervention To Promote the Self-Care.
Mandal, R. L., Smiroldo, B., & Haynes‐Powell, J. (2007). Self‐Care Skills. https://doi.org/10.1016/S0074-7750(07)34011-1
Ochoa, E. M., Pineda-Vélez, E., Cortés, C., Cano, L. F., Díaz, J. M., & Espinosa, P. E. G. (2013). Selfcare in child and young Down syndrome patients.
Scroll to Top